Rabu, 15 Oktober 2014

KEARIFAN LOKAL DALAM PERTANIAN SANGAT PENTING


Dukungan terhadap petani kecil adalah kunci terciptanya revolusi pertanian baru yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal ini terungkap dari  Program Lingkungan PBB (UNEP) berjudul “Smallholders, Food Security and the Environment Report” yang diluncurkan , menjelang perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Dukungan dan keberpihakan terhadap petani kecil juga berperan penting dalam memerbaiki tata kelola dan produksi pangan yang berkelanjutan, sekaligus mendukung upaya menjaga sumber daya alam. Dukungan ini akan menjadi salah satu cara paling cepat untuk mengentaskan 1 miliar petani dari jurang kemiskinan sekaligus memasok kebutuhan penduduk yang jumlahnya terus bertambah.
Mayoritas dari 1,4 miliar masyarakat yang hidup dengan pendapatan di bawah $1,25 per hari hidup di pedesaan dan mengandalkan pendapatan mereka dari industri pertanian. Mereka yang terlibat menggarap lahan pertanian skala kecil, jumlahnya mencapai 2,5 miliar orang.
Para petani kecil ini menguasai sekitar 500 juta lahan pertanian dan menyediakan lebih dari 80% makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat di negara berkembang, terutama di Asia Selatan dan Sub-Sahara Afrika. Mereka adalah kunci ketahanan pangan dan upaya pengetasan kemiskinan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan, peningkatan Produk Domestik Bruto per kapita di sektor pertanian sebesar 1% akan mampu mengurangi kesenjangan akibat kemiskinan lima kali lipat lebih besar dibanding peningkatan di sektor-sektor lain dengan skala yang sama. Hal ini terutama terjadi di kalangan penduduk yang sangat miskin. Penelitian lain mengungkapkan, setiap 10% kenaikan hasil pertanian, angka kemiskinan di Afrika akan berkurang sebesar 7% sementara angka kemiskinan di Asia akan berkurang lebih dari 5%.
Namun, kerusakan lahan dan berkurangnya investasi di sektor pertanian, meningkatkan marginalisasi ekonomi dan pembangunan di sektor ini. Hal ini yang menjadikan banyak petani kecil semakin terpuruk.
Praktik pertanian yang ada saat ini, mengancam fondasi ekologis sistem pangan dunia. Hal ini akibat eksploitasi sumber daya alam dan merebaknya polusi di industri pertanian. Kualitas lingkungan terus menurun mengurangi kapasitas ekosistem untuk menghasilkan panen yang cukup sehingga mengancam ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan.
Solusinya tidak lain adalah kembali ke sistem pertanian yang berkelanjutan yang mampu menjaga sumber daya alam dan mendukung pembangunan di pedesaan. “Para petani kecil memiliki pengalaman dan kearifan lokal yang mampu memberikan solusi praktis menuju sistem pengelolaan pertanian yang berkelanjutan,” ujar Elwyn Grainger Jones, Direktur Environment and Climate Division dari IFAD. “Untuk itu dukungan kepada para petani kecil penting untuk menjadikan mereka ujung tombak transformasi pertanian.”
Kearifan lokal sangat dibutuhkan oleh para petani, terutama petani kecil, pemerintah harusnya lebih mensosialisasikan lagi tentang pentingnya kearifan lokal di Indonesia. Petani sejahtera, Masyarakat bahagia.
Itulah yang seharusnya kata kata dikatakan pemerintah dalam menangani prihatinnya pertanian di Indonesia.

contoh kearifan lokal di Brebes
 Masyarakat Bumiayu tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah “Wagean”, ya sebuah aktifitas jual beli masyarakat Bumiayu yang mengacu pada penanggalan Jawa atau kalender Jawa. Sebagaimana kita tahu bahwa kalender Jawa merupakan perpaduan antara budaya Islam dan budaya Hindu-Budha. Dan dalam sistem kalender Jawa, siklus hari yang di pakai ada dua yaitu siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari dan siklus pekan Pancawara yang terdiri dari 5 hari pasaran. Sistem yang di pakai untuk hari pasaran adalah menggunakan siklus pekan Pancawara yang terdiri dari hari-hari seperti Legi, Pahing, pon, Wage dan Kliwon. Jadi Pasar Wage sebuah aktifitas pasar yang berdasarkan penanggalan Jawa, di mana masyarakat Bumiayu dan sekitarnya yang memperjualbelikan barang-barang dagangan. Sebenarnya konsep dari wagean sendiri pada awalnya adalah sebuah wadah untuk memperjualbelikan hewan ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing. Secara historis memang mengacu pada penanggalan Jawa, dimana penanggalan Jawa selalu mempertimbangkan pada hari baik atau keberuntungan melalui Primbon.
Tradisi masyarakat Jawa selalu berpegang pada aturan atau panduan yaitu berupa Primbon. Di mana pengertian Primbon menurut Franz Magnis Suseno, adalah buku-buku di mana dicatat saat-saat, tempat-tempat dan syarat-syarat lain yang tepat untuk segala macam usaha. Jadi dalam segala sesuatunya masyarakat Jawa selalu memepertimbangkan keseimbangan dalam kehidupan. Hal itu mencakup keseimbangan dengan alam, dunia lain dan kekuatan kosmis. Oleh karena itu manusia (masyarakat Jawa) tidak boleh bertindak gegabah seakan-akan masalahnya terbatas pada dimensi sosial dan ilmiah. Termasuk dalam pemilihan tempat jual beli, pemilihan hari, pemberian nama, pekerjaan dan lainnya masyarakat Jawa mempertimbangkan kesatuan dan keserasian.
Dalam hal pemilihan tempat misalnya menjadi penting dengan alasan keselamatan. Menurut Franz Magnis Susuno, bahwa dalam rangka pandangan Dunia Jawa, manusia tentu berkepentingan agar setiap orang menempati tempatnya yang tepat. Di tingkat masyarakat, tanda yang paling jelas bahwa setiap pihak berada pada tempat kosmisnya yang tepat adalah keselarasan sosial. Dari semua pertimbangan di atas maka tidak salah pemilihan tempat jual beli seperti pasar, memerhatikan aturan yang ada seperti yang di anut masyarakat Jawa. Kenapa hari pasaran Wage berada di Bumiayu, tentunya berdasarkan pertimbangan Primbon dan kalender Jawa serta menurut pendapat para sesepuh.

4 komentar:

  1. sebenernya kearifan lokal yang kamu tulis udahh bagus di wilayah brebes cuma untuk yang diatas dan judulnya sebenernya langsung aja kamu tuklis kearifan lokal diwilayah brebes,gausah pakek basa basi segala tuh jadinya klepanjangan,jadi yang diatas kalo saran aku gausah dimasukin langsung aja ke topik yang disuruh.

    BalasHapus
  2. Artikelanya cukup baik namun dalam cara penulisannya kurang begitu menarik bagi pembaca :) informasinya pun cukup baik namun sebaiknya dicantumkan sumbernya darimana informasi tersebut agar artikel tersebut dapat dibuktikan kebenarannya :)

    BalasHapus
  3. Artikelanya cukup baik namun dalam cara penulisannya kurang begitu menarik bagi pembaca

    BalasHapus